Kamis, 02 November 2017

Lebih Tahu Kode Etik Pencinta Alam Se-Indonesia dan Makna Slayer bagi Pencinta Alam

Posted at  08.58  |  in  


Sebagai seorang pencinta alam, kita tidak jarang mendengar kata-kata berikut.
“Dilarang mengambil sesuatu selain gambar,
Dilarang meninggalkan sesuatu selain jejak’
Dilarang memburu sesuatu selain waktu.”
Kata-kata tersebut sebernarnya adalah “Etika Lingkungan Hidup Universal”, atau orang Indonesia mengenalnya sebagai kode etik bagi seorang [pendaki gunung] pencinta alam. Kode etik tersebut terinspirasi dari sebuah lagu, karya John Kay yang berjudul “Nothing But”, terdapat di bagian refrain-nya seperti berikut.
Bring nothing but silence
Show nothing but grace
Seek nothing but shelter
From the great human race
Take nothing but pictures
Kill nothing but time
Leave nothing but footprints

* Take nothing but pictures.
         Memang alam menyediakan berbagai flora, satwa, bahkan batuan yang memikat hati untuk dijadikan oleh-oleh. Namun perbuatan seperti memetik bunga edelweis ataupun menangkap binatang, hanya akan merusak alam. Jika ingin membawa oleh-oleh cukup dengan melukisnya atau memotret saja.
* Leave nothing but footprints.
       Saat bertualang, semua bekas kegiatan terutama sampah yang dihasilkan jangan pernah tertinggal, bawalah pulang kembali. Karena benda-benda tersebut (terutama sampah plastik) akan memberikan dampak buruk yang besar bagi kelestarian lingkungan. Termasuk jangan meninggalkan bekas berupa coretan, guratan, dan sejenisnya di pohon maupun batuan.
* Kill nothing but time.
           Cukuplah waktu saja yang terbunuh selama petualangan itu berlangsung. Lainnya, baik hewan, tumbuhan, bahkan termasuk diri sendiri jangan.

        Jika saat melakukan petualangan, seorang petualang melaksanakan tiga point dalam kode etik tersebut niscaya alam termasuk lingkungan hidupnya akan tetap terjaga kelestariannya. Sehingga seorang petualang tetap dapat mengulangi petualangannya di alam bebas sehari, seminggu, sebulan, setahun, bahkan seabad kemudian.
Sekilas mengenai Etika Lingkungan Hidup Universal (Kode Etik Seorang Pencinta Alam).

         Indonesia memiliki kode etik kepencintaalamnya sendiri
Kode Etik Pencinta Alam Indonesia tercetus dalam sebuah Gladian Nasional Pencinta Alam IV pada tanggal 29 Januari 1974 pukul 01.00 WITA, tercetus dan disyahkanlah di Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan
Gladian Nasional[1] ke-4 diselenggerakan di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja bulan Januari 1974, oleh Badan Kerja sama Club Antarmaja pencinta Alam se-Ujung Pandang ini diikuti oleh 44 perhimpunan pecinta alam se Indonesia.

Berikut Isi Kode Etik Pencinta Alam Indonesia
v Pencinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
v Pencinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air.
v Pencinta alam Indonesia sadar, bahwa sesama pencinta alam adalah saudara, sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai hakekat di atas, maka kami dengan kesadaran menyatakan sebagai berikut :  
1.  Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.  Memelihara alam beserta isinya, serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhan.
3.  Mengabdi kepada bangsa dan tanah air.
4.  Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya serta menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.
5.  Berusaha mempererat tali persaudaraan antar sesama pencinta alam sesuai dengan azas dan tujuan pencinta alam.
6.  Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.
Disyahkan bersama dalam forum Gladian Nasional Pencinta Alam IV
Di Ujungpandang pada tanggal 29 Januari 1974 pukul 01.00 WITA.


Para pencinta alam se-Indonesia harus selalu mengacu dan bergangan teguh pada Kode Etik tersebut dalam bersikap dan berperilaku dalam segala kegiatan di alam bebas.

            Seorang pencinta alam juga memiliki sebuah ciri khas dalam berkegiatan di alam bebas. Yap, sebuah slayer, kain berbentuk segitiga yang berukuran 1×1,5 m, bisa lebih besar atau kecil dan di sudutnya terdapat logo atau lambang organisasi yang bersangkutan. Warnanya pun bisa  beragam, tergantung pilihan suatu organisasi yang akan memakainya.
Bagi seorang pecinta alam, slayer mempunyai nilai dan harga yang tak bisa diukur dengan uang dan materi atau dengan apapun. Karena untuk mendapatkannya, membutuhkan pengorbanan dan perjuangan keras yang menguras tenaga, fikiran dan mental. Padahal, slayer ini bisa didapatkan dengan mudah dimana saja, termasuk di pasar-pasar. Karena hanya dengan bermodalkan uang  kira-kira Rp 25.000 saja, sudah bisa didapatkan tanpa harus menguras tenaga dan fikiran.
Tapi hal itu, tentu saja sangat jauh berbeda nilainya dengan mendapatkannya melalui pengorbanan dan perjuangan keras. Karena, yang menjadi tolak ukur bernilai tidaknya sesuatu, dilihat dari seberapa besar perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu itu. Namun, seberapa berharga pun slayer itu, seseorang  yang ingin menjadi bagian dari organisasi pecinta alam, harus menyadari bahwa bukan itu yang menjadi tujuan utama atau ingin didapatkan ketika telah menjadi bagian dari organisasi.
Slayer, tidak lebih dari sekedar penghargaan yang dijadikan sebagai tanda seseorang telah resmi atau lulus menempuh proses Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR), selama beberapa hari atau minggu, bahkan bulan. Dan kemudian slayer tersebut dijadikan sebagai atribut dan dipakai pada saat menghadiri atau melakuakan acara-acara atau kegiatan-kegiatan yang dianggap penting.
Yang harus diutamakan anggota organisasi pecinta alam untuk dijaga, ditinggikan dan disucikan adalah sifat dan sikapnya, baik  terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan alam bebas. Sifat dan sikap inilah yang memiliki peran penting untuk kesuksesan suatu organisasi. Karena kesuksesan suatu organisasi, berawal dari kesuksesan para penghuninya. Inilah tujuan dasar pelaksanaan Diklatsar bagi calon anggota organisasi pecinta alam.
Pemberian bimbingan dan pedidikan jasmani maupun rohani, serta melatih ketahanan fisik dan mentalnya, diharapkan bisa melahirkan sosok-sosok pecinta alam yamg memiliki sikap relegius tinggi dan tangguh dalam menjaga dan melestarikan alam ini. Dan akan menjadi contoh yang baik dilingkungan masyarakat, khusunya dilingkungan sesama pecinta alam.
Seberapa pun berharga dan bernilainya sebuah slaye, tidak akan berarti bila sifat dan perbuatan pemiliknya tidak dijaga dan disucikan.
Cukup sekian atas sedikit artikel yang saya buat, dan mohon maaf bila ada kata-kata yang yang kurang berkenang. Terima kasih atas perhatian dan semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca
PARESMAPA… JAYA!!!

[1]Gladian Nasional merupakan event pertemuan akbar pecinta alam se Indonesia. Gladian Nasional pada intinya adalah kegiatan “ajang latihan” bagi para pecinta alam guna meningkatkan pengetahuan, skill keterampilan dan kemampuan dalam bidang kepecintaalaman dan kegiatan alam bebas. Gladian Nasional juga berperan sebagai media silaturahim dan berbagi pengetahuan antar perkumpulan pecinta alam se Indonesia.

Share this post

Tentang Paresmapa

Pencinta Alam Remaja SMA Negeri 1 Pati
BaseCamp: SMAN 1 Pati, Jl. Panglima Sudirman 24 Pati, kode pos 59113
email: paresmapa@gmail.com Google+. Facebook. Twitter.

0 komentar:

About-Privacy Policy-Contact us
Copyright © 2013 PARESMAPA || Pencinta Alam Remaja SMA Negeri 1 Pati ||. Template by Bloggertheme9
Powered by Paresmapa Team.
back to top