• Galeri

    Pencinta Alam Remaja SMA N 1 Pati

  • Prestasi

    Prestasi Paresmapa

  • Tentang PARESMAPA

    Sejarah

  • Artikel

    Berita Terbaru

  • Senin, 17 Juli 2017




    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata ekspedisi adalah pengiriman surat, barang, dan sebagainya; perusahaan pengangkutan barang; salinan yang sama bunyinya ( tentang vonis atau akta ); perjalanan penyelidikan ilmiah di suatu daerah  yang kurang dikenal; pengiriman tentara untuk memerangi ( menyerang, menaklukkan ) musuh di suatu daerah yang jauh letaknya.

    Paresmapa sebagai sebuah organisasi kepencita alaman juga melakukan kegiatan ekspedisi yang biasanya dilakukan dengan melakukan perjalanan ke daerah - daerah yang kurang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Seperti misalnya tahun 2016 lalu, ekspedisi dilakukan di Gunung Tremulus dengan meneliti tentang situs watu payon. Sementara itu tahun 2017 ini ekspedisi dilaksanakan di Semerak, Desa Tempur, Kabupaten Jepara.

    Meskipun ada sedikit kendala, namun ekspedisi semerak berhasil dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 11 Juli 2017 dengan diikuti sebanyak 16 orang yang terdiri dari Paresmapa angkatan 28, angkatan 29, dan beberapa alumni pendamping.

    Dari angkatan 28 ada 7 orang yaitu Krisna Gotami, Putri Nimas, Margaretha Adinda, Marisza Salsabilla, Dhimas Hafid, Fahmi Nur Fajrianto, dan Iqbal Mahendra. Sementara itu dari angkatan 29 ada 4 orang yang ikut diantaranya Anggakara Purwanung, Averush F.A, Dika Puspito, dan Galuh Wulandari. Sedangkan alumni yang mendampingi ada Mas Yandi, Mas Supri ( XIX ); Mas Jamal ( XXI); Om Jojok (XIII); Om DJ ( temannya Om Jojok).

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada sedikit kendala dalam kegiatan ekspedisi kali ini yaitu izin dari orang tua. Karena lokasi ekspedisi yang cukup jauh dan harus mengendarai kendaraan pribadi, beberapa anak baik angkatan 28 maupun angkatan 29 tidak diizinkan orang tua. Oleh karena itu, demi kebaikan bagi  bersama, mereka yang tidak mendapatkan izin orang tua tidak mengikuti ekspedisi di Semerak.
    Sekitar pukul 07.30 WIB kami berangkat dari Pati menuju desa Tempur. Dengan menempuh perjalanan selama 2 jam, para peserta akhirnya tiba di desa Tempur tepatnya di dukuh Kemiren. Sampai di Kemiren kami menitipkan kendaraan di rumah pak Rw, bapak Purnomo. Ketika masih beristirahat di rumahnya, pak Purnomo bercerita tentang petilasan Paulus di daerah Tremulus. Petilasan Paulus di Tremulus adalah tempat Paulus bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Paulus sendiri dulunya adalah seorang tentara Indonesia yang hidup pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Seperti yang dikatakan pak Purnomo, Paulus aslinya orang Kudus, namun pada masa itu ia dikejar-kejar oleh tentara Belanda. Paulus kemudian tinggal / menumpang di rumah bapak Sanawi, Kamituo Desa Tempur pada masa itu. Karena di rumah bapak Sanawi masih kurang aman, akhirnya Paulus disembunyikan di ladang ( disekitar daerah Tremulus ). Di tempat tersebut udaranya sangat dingin, sehingga Paulus pindah ke pematang ladang tidak  jauh dari tempat sebelumnya yang udaranya tidak terlalu dingin. Di sana Paulus membangun tempat tinggal dari tumpukan batu-batuan yang disusun membentuk sebuah kotak. Setelah keadaan aman ( merdeka ), Paulus kembali ke tempat asalnya, Kudus. Pak Purnomo mengatakan tidak mengetahui tahun berapa tepatnya saat Paulus datang ke desa tempur dan mulai tinggal di Tremulus karena ia merupakan orang yang lahir belakangan, sementara itu orang – orang tua zaman dulu juga tidak mengtahui tentang waktu tepatnya. Sedangkan berdasarkan cerita dari pak Purnomo, Paulus diperkirakan meninggalkan Tremulus pada masa awal kemerdekaan.


    Pukul 1 siang kami berangkat menuju semerak dengan beberapa petunjuk dari pak Purnomo. Di sepanjang perjalanan kami menemui banyak sekali kebun kopi. Medan yang kami lalui tidak terlalu terjal, tapi sangat menanjak. Kami juga sempat melewati jalur yang salah namun kami kembali ke jalur yang benar sebelum berjalan cukup jauh. Sekitar pukul 4 sore, kami sampai di tempat camp dan melaksanakan ishoma, ada beberapa juga yang melakukan navigasi darat.


    Pada pagi harinya, kami melakukan perjalanan menuju puncak Semerak karena tempat yang kami gunakan untuk camping belum puncaknya, namun sebelumnya kami mendapatkan pengarahan dan nasehat dari Om Jojok.  Dalam perjalanan menuju puncak, kami dibagi menjadi dua kelompok untuk mencari dua jalur yang berbeda sambil melakukan navigasi darat. Sebelum sampai di puncak, dua kelompok sudah bertemu dan akhirnya melakukan perjalanan bersama. Medan yang kami lewati sangat terjal, penuh dengan pepohonan dan akar-akaran yang sangat rimbun. Jalur yang menajak hampir tegak dan tanah – tanah basah yang mudah runtuh manghambat perjalanan kami. Kami harus membuka jalur sendiri yang karena tidak ada jalur yang sepertinya pernah dilewati manusia sebelumnya.

    Seperti yang dikatakan pak RW bahwa kami adalah yang pertama kali melakukan perjalanan menuju puncak Semerak. Karena jalur yang terlalu sulit untuk dilalui, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan demi keselamatan semuanya dan turun kembali ke tempat camp sekitar pukul 12 siang. Sampai di tempat camp kami melakukan ishoma yang dilanjutkan dengan packing. Kami turun kembali ke desa sekitar pukul setengah 2 siang dan sampai di rumah pak Purnomo pukul setengah 4 sore. Beristirahat sebentar di rumah pak Purnomo kami mengeluarkan kendaraan satu per satu sambil minum kopi yang disuguhkan oleh bu Purnomo. Sekitar Pukul 4 sore kami berpamitan dengan pak Purnomo dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah masing – masing dengan selamat.




    Begitulah perjalanan kami menuju Semerak. Meskipun tidak berhasil mencapai puncak Semerak, namun banyak hal yang dapat kami pelajari dari kegiatan ekspedisi tersebut. Salah satunya adalah disiplin waktu, waktu menjadi hal yang sangat berharga karena kita tidak dapat mengulang lagi waktu yang sudah terlewat. Selain itu, kita juga harus pandai – pandai memanajemen makanan dan air sehingga tidak ada makanan maupun air yang terbuang sia – sia.

    Penulis : Krisna Gotami (Paresmapa XXVIII)

    EKSPEDISI PUNCAK SEMERAK 10-11 Juli 2017

    Posted at  07.20  |  in  semerak  |  Read More»




    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata ekspedisi adalah pengiriman surat, barang, dan sebagainya; perusahaan pengangkutan barang; salinan yang sama bunyinya ( tentang vonis atau akta ); perjalanan penyelidikan ilmiah di suatu daerah  yang kurang dikenal; pengiriman tentara untuk memerangi ( menyerang, menaklukkan ) musuh di suatu daerah yang jauh letaknya.

    Paresmapa sebagai sebuah organisasi kepencita alaman juga melakukan kegiatan ekspedisi yang biasanya dilakukan dengan melakukan perjalanan ke daerah - daerah yang kurang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Seperti misalnya tahun 2016 lalu, ekspedisi dilakukan di Gunung Tremulus dengan meneliti tentang situs watu payon. Sementara itu tahun 2017 ini ekspedisi dilaksanakan di Semerak, Desa Tempur, Kabupaten Jepara.

    Meskipun ada sedikit kendala, namun ekspedisi semerak berhasil dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 11 Juli 2017 dengan diikuti sebanyak 16 orang yang terdiri dari Paresmapa angkatan 28, angkatan 29, dan beberapa alumni pendamping.

    Dari angkatan 28 ada 7 orang yaitu Krisna Gotami, Putri Nimas, Margaretha Adinda, Marisza Salsabilla, Dhimas Hafid, Fahmi Nur Fajrianto, dan Iqbal Mahendra. Sementara itu dari angkatan 29 ada 4 orang yang ikut diantaranya Anggakara Purwanung, Averush F.A, Dika Puspito, dan Galuh Wulandari. Sedangkan alumni yang mendampingi ada Mas Yandi, Mas Supri ( XIX ); Mas Jamal ( XXI); Om Jojok (XIII); Om DJ ( temannya Om Jojok).

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada sedikit kendala dalam kegiatan ekspedisi kali ini yaitu izin dari orang tua. Karena lokasi ekspedisi yang cukup jauh dan harus mengendarai kendaraan pribadi, beberapa anak baik angkatan 28 maupun angkatan 29 tidak diizinkan orang tua. Oleh karena itu, demi kebaikan bagi  bersama, mereka yang tidak mendapatkan izin orang tua tidak mengikuti ekspedisi di Semerak.
    Sekitar pukul 07.30 WIB kami berangkat dari Pati menuju desa Tempur. Dengan menempuh perjalanan selama 2 jam, para peserta akhirnya tiba di desa Tempur tepatnya di dukuh Kemiren. Sampai di Kemiren kami menitipkan kendaraan di rumah pak Rw, bapak Purnomo. Ketika masih beristirahat di rumahnya, pak Purnomo bercerita tentang petilasan Paulus di daerah Tremulus. Petilasan Paulus di Tremulus adalah tempat Paulus bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Paulus sendiri dulunya adalah seorang tentara Indonesia yang hidup pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Seperti yang dikatakan pak Purnomo, Paulus aslinya orang Kudus, namun pada masa itu ia dikejar-kejar oleh tentara Belanda. Paulus kemudian tinggal / menumpang di rumah bapak Sanawi, Kamituo Desa Tempur pada masa itu. Karena di rumah bapak Sanawi masih kurang aman, akhirnya Paulus disembunyikan di ladang ( disekitar daerah Tremulus ). Di tempat tersebut udaranya sangat dingin, sehingga Paulus pindah ke pematang ladang tidak  jauh dari tempat sebelumnya yang udaranya tidak terlalu dingin. Di sana Paulus membangun tempat tinggal dari tumpukan batu-batuan yang disusun membentuk sebuah kotak. Setelah keadaan aman ( merdeka ), Paulus kembali ke tempat asalnya, Kudus. Pak Purnomo mengatakan tidak mengetahui tahun berapa tepatnya saat Paulus datang ke desa tempur dan mulai tinggal di Tremulus karena ia merupakan orang yang lahir belakangan, sementara itu orang – orang tua zaman dulu juga tidak mengtahui tentang waktu tepatnya. Sedangkan berdasarkan cerita dari pak Purnomo, Paulus diperkirakan meninggalkan Tremulus pada masa awal kemerdekaan.


    Pukul 1 siang kami berangkat menuju semerak dengan beberapa petunjuk dari pak Purnomo. Di sepanjang perjalanan kami menemui banyak sekali kebun kopi. Medan yang kami lalui tidak terlalu terjal, tapi sangat menanjak. Kami juga sempat melewati jalur yang salah namun kami kembali ke jalur yang benar sebelum berjalan cukup jauh. Sekitar pukul 4 sore, kami sampai di tempat camp dan melaksanakan ishoma, ada beberapa juga yang melakukan navigasi darat.


    Pada pagi harinya, kami melakukan perjalanan menuju puncak Semerak karena tempat yang kami gunakan untuk camping belum puncaknya, namun sebelumnya kami mendapatkan pengarahan dan nasehat dari Om Jojok.  Dalam perjalanan menuju puncak, kami dibagi menjadi dua kelompok untuk mencari dua jalur yang berbeda sambil melakukan navigasi darat. Sebelum sampai di puncak, dua kelompok sudah bertemu dan akhirnya melakukan perjalanan bersama. Medan yang kami lewati sangat terjal, penuh dengan pepohonan dan akar-akaran yang sangat rimbun. Jalur yang menajak hampir tegak dan tanah – tanah basah yang mudah runtuh manghambat perjalanan kami. Kami harus membuka jalur sendiri yang karena tidak ada jalur yang sepertinya pernah dilewati manusia sebelumnya.

    Seperti yang dikatakan pak RW bahwa kami adalah yang pertama kali melakukan perjalanan menuju puncak Semerak. Karena jalur yang terlalu sulit untuk dilalui, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan demi keselamatan semuanya dan turun kembali ke tempat camp sekitar pukul 12 siang. Sampai di tempat camp kami melakukan ishoma yang dilanjutkan dengan packing. Kami turun kembali ke desa sekitar pukul setengah 2 siang dan sampai di rumah pak Purnomo pukul setengah 4 sore. Beristirahat sebentar di rumah pak Purnomo kami mengeluarkan kendaraan satu per satu sambil minum kopi yang disuguhkan oleh bu Purnomo. Sekitar Pukul 4 sore kami berpamitan dengan pak Purnomo dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah masing – masing dengan selamat.




    Begitulah perjalanan kami menuju Semerak. Meskipun tidak berhasil mencapai puncak Semerak, namun banyak hal yang dapat kami pelajari dari kegiatan ekspedisi tersebut. Salah satunya adalah disiplin waktu, waktu menjadi hal yang sangat berharga karena kita tidak dapat mengulang lagi waktu yang sudah terlewat. Selain itu, kita juga harus pandai – pandai memanajemen makanan dan air sehingga tidak ada makanan maupun air yang terbuang sia – sia.

    Penulis : Krisna Gotami (Paresmapa XXVIII)

    0 komentar:

    Senin, 10 Juli 2017



    Membuat api untuk berbagai keperluan seperti memasak makanan, menghangatkan badan, ataupun mengusir hewan liar adalah salah satu kebutuhan penting untuk dapat bertahan hidup di alam bebas. Dengan prioritas seperti itu, tak heran korek api (baik itu korek kayu atau gas) sebagai alat utama untuk membuat api menjadi salah satu barang paling penting bagi para petualang.

    Nah bagaimana jika satu waktu kita dipaksa berhadapan dengan kondisi tanpa korek api saat sedang bertualang di alam bebas? Penyebabnya bisa karena lupa membawa korek, jatuh atau hilang di perjalanan, tak berfungsi karena basah, atau dalam situasi paling ekstrim kita kehabisan korek karena terjebak dalam dalam keadaan survival untuk waktu yang cukup lama.

    1. Membuat api dengan memutar batang kayu dengan tangan (Hand Drill Method).

    Langkah pertama, buat cerukan kecil pada papan kayu sebagai tempat ujung batang kayu yang akan anda gesekkan. Letakkan batang kayu tepat dicerukan tersebut. Simpan beberapa serpihan kayu kecil, daun, atau rumput kering di sekitar cerukan. Berikutnya, putar-putar batang kayu dengan tangan anda hingga untuk menghasilkan gesekan.

    Setelah bara api mulai muncul di sekitar daerah gesekan antara batang dan papan kayu, tambahkan lagi beberapa serpihan kayu yang mudah terbakar, kemudian tiup bara tersebut hingga api benar-benar menyala.

    Setelah itu, tambahkan beberapa batang kayu kecil agar api mulai membesar. Setelah nyala api stabil, silahkan tambahkan potongan kayu yang lebih besar.

    2. Membuat api dengan menggunakan cermin atau kaca pembesar.

    Reflektor pada lampu senter atau botol bening yang diisi air bisa digunakan sebagai alat pendukung metode ini. Selanjutnya anda hanya perlu memfokuskan pantulan sinar matahari pada bahan yang mudah terbakar. Membuat api dengan metode ini butuh waktu dan kesabaran.

    3. Membuat api dengan baterai dan steel wool.

    Apa itu steel wool? Kurang lebihnya, steel wool adalah sebuah untaian besi yang dililit dengan rapi hingga menghasilkan untaian serabut besi.

    Anda yang suka dengan fotografi mungkin sudah tak asing dengan benda satu ini. Ya, di dunia fotografi ada sebuah teknik bernama steel wool photography yang menggunakan benda ini sebagai penghasil percikan api untuk di-capture oleh kamera. Karena kerap digunakan untuk kebutuhan fotografi, steel wool banyak dijual di toko-toko kamera, atau hardware.

    Untuk membuat api dengan metode ini, bahan lain yang anda butuhkan adalah baterai. Caranya cukup mudah, anda tinggal menggesekkan steel wool pada bagian terminal baterai hingga memunculkan bara api. Api yang muncul harus segera didekatkan dengan bahan yang mudah terbakar sebagai sumbu api, sebelum seluruh steel wool habis terbakar.

    Membuat api dengan metode ini butuh peralatan modern seperti baterai dan steel wool, namun sangat efektif dan mudah dilakukan.


    Penulis : Maulana S. (Paresmapa XXVIII)

    Membuat Api dalam Survival

    Posted at  22.29  |  in  pecinta alam  |  Read More»



    Membuat api untuk berbagai keperluan seperti memasak makanan, menghangatkan badan, ataupun mengusir hewan liar adalah salah satu kebutuhan penting untuk dapat bertahan hidup di alam bebas. Dengan prioritas seperti itu, tak heran korek api (baik itu korek kayu atau gas) sebagai alat utama untuk membuat api menjadi salah satu barang paling penting bagi para petualang.

    Nah bagaimana jika satu waktu kita dipaksa berhadapan dengan kondisi tanpa korek api saat sedang bertualang di alam bebas? Penyebabnya bisa karena lupa membawa korek, jatuh atau hilang di perjalanan, tak berfungsi karena basah, atau dalam situasi paling ekstrim kita kehabisan korek karena terjebak dalam dalam keadaan survival untuk waktu yang cukup lama.

    1. Membuat api dengan memutar batang kayu dengan tangan (Hand Drill Method).

    Langkah pertama, buat cerukan kecil pada papan kayu sebagai tempat ujung batang kayu yang akan anda gesekkan. Letakkan batang kayu tepat dicerukan tersebut. Simpan beberapa serpihan kayu kecil, daun, atau rumput kering di sekitar cerukan. Berikutnya, putar-putar batang kayu dengan tangan anda hingga untuk menghasilkan gesekan.

    Setelah bara api mulai muncul di sekitar daerah gesekan antara batang dan papan kayu, tambahkan lagi beberapa serpihan kayu yang mudah terbakar, kemudian tiup bara tersebut hingga api benar-benar menyala.

    Setelah itu, tambahkan beberapa batang kayu kecil agar api mulai membesar. Setelah nyala api stabil, silahkan tambahkan potongan kayu yang lebih besar.

    2. Membuat api dengan menggunakan cermin atau kaca pembesar.

    Reflektor pada lampu senter atau botol bening yang diisi air bisa digunakan sebagai alat pendukung metode ini. Selanjutnya anda hanya perlu memfokuskan pantulan sinar matahari pada bahan yang mudah terbakar. Membuat api dengan metode ini butuh waktu dan kesabaran.

    3. Membuat api dengan baterai dan steel wool.

    Apa itu steel wool? Kurang lebihnya, steel wool adalah sebuah untaian besi yang dililit dengan rapi hingga menghasilkan untaian serabut besi.

    Anda yang suka dengan fotografi mungkin sudah tak asing dengan benda satu ini. Ya, di dunia fotografi ada sebuah teknik bernama steel wool photography yang menggunakan benda ini sebagai penghasil percikan api untuk di-capture oleh kamera. Karena kerap digunakan untuk kebutuhan fotografi, steel wool banyak dijual di toko-toko kamera, atau hardware.

    Untuk membuat api dengan metode ini, bahan lain yang anda butuhkan adalah baterai. Caranya cukup mudah, anda tinggal menggesekkan steel wool pada bagian terminal baterai hingga memunculkan bara api. Api yang muncul harus segera didekatkan dengan bahan yang mudah terbakar sebagai sumbu api, sebelum seluruh steel wool habis terbakar.

    Membuat api dengan metode ini butuh peralatan modern seperti baterai dan steel wool, namun sangat efektif dan mudah dilakukan.


    Penulis : Maulana S. (Paresmapa XXVIII)

    0 komentar:

    Senin, 03 Juli 2017




    Waktu liburan seperti saat ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan untuk pergi mengunjungi tempat wisata bersama keluarga atau teman dekat. Banyak sekali pilihan tempat wisata untuk dikunjungi. Ada yang suka berwisata di taman hiburan, namun tak sedikit pula yang lebih memilih untuk berwisata alam. Sebagian besar memilih berwisata alam karena lebih menyenangkan, mereka bisa hanya duduk bersantai di pantai atau memilih wisata yang lebih menantang seperti mendaki gunung.


    Berbicara tentang kegiatan yang cukup ekstrim seperti mendaki gunung, pastinya tak bisa lepas dari bahaya yang kapan saja bisa menyerang. Mengingat kawasan hutan di Indonesia merupakan kawasan huutan hujan tropis, yang kondisi lingkungannya cenderung lembab, banyak sekali ditemukan pacet/lintah. Binatang parasit penghisap darah yang bentuknya mirip cacing ini tidak boleh kita abaikan keberadaannya.


    Binatang berwarna kecoklatan ini sering ditemui pada ujung-ujung daun, batang pohon, jalur pendakian, atau tempat lain yang notabenenya lembab. Ukuran tubuh yang kecil menyebabkannya susah dilihat, jadi terkadang kita tidak sadar jika digigit oleh pacet.


    Ketika menyedot darah, pacet mengeluarkan zat yang menyebabkan darah sukar membeku. Pacet terus meminum darah kita dan baru berhenti saat kenyang. Dari yang semula ukurannya hanya sebatang korek api jadi tambah besar.


    Sebenarnya akibat yang ditimbulkan oleh gigitan pacet tidak bahaya, hanya saja menimbulkan rasa gatal yang apabila digaruk takutnya akan menimbulkan infeksi.


    Ada beberapa tindakan tepat yang bisa dilakukan jika kamu terlanjur tergigit oleh hewan kecil ini :

    1. Jangan ditarik

    Jika tubuh terlanjur digigit dan dihisap oleh pacet jangan gegabah untuk langsung menariknya, hal itu tak ada gunanya dan malah memperparah pendarahan.

    2. Tembakau

    Cara ini dinilai cukup ampuh untuk melepaskan gigitan pacet dari tubuh kita. Cukup dengan mencampur tembakau dengan air, lalu airnya disiramkan ke tempat pacet menggigit, maka pacet akan melepaskan diri sendiri.
    3. Air Garam

    Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan menyiramkan air garam. Usahakan di bagian mulutnya, ia akan segera melepaskan diri saat merasakan asin dari garam.

    4. Minyak Tanah

    Oleskan minyak tanah pada bagian tubuh yang tergigit, maka pacet akan melepaskan diri dengan sendirinya.

    5. Minyak Kayu Putih

    Seperti pengaplikasian minyak tanah, kita cukup mengoleskan minyak kayu putih ke sekitar gigitan, dan gigitannya akan lepas.

    6. Api

    Panas yang berasal dari api cukup ampuh untuk melepaskan gigitan pacet dengan aman. Cukup sulutkan api ke tubuh pacet, pacet yang kaget karena panas akan otomatis melepas gigitannya.


    Itulah beberapa tindakan tepat yang bisa kita lakukan untuk mengatasi serangan pacet. Semoga bermanfaat.



    Penulis : Irnade Salva (Paresmapa XXVIII)


    Sumber :
    1) http://www.wisatagunung.com/blog/tips-mengatasi-serangan-binatang-pacet/
    2) http://www.tiportips.com/2013/05/Tips-Cara-Mengatasi-Serangan-Pacet-Pengganggu.html
    3) http://www.fa-thoni.net/2013/11/menghindari-mengusir-dan-menghindari.html

    Meski Kecil, Jangan Pernah Abaikan Keberadaan Hewan Ini!

    Posted at  19.27  |  in  pecinta alam  |  Read More»




    Waktu liburan seperti saat ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan untuk pergi mengunjungi tempat wisata bersama keluarga atau teman dekat. Banyak sekali pilihan tempat wisata untuk dikunjungi. Ada yang suka berwisata di taman hiburan, namun tak sedikit pula yang lebih memilih untuk berwisata alam. Sebagian besar memilih berwisata alam karena lebih menyenangkan, mereka bisa hanya duduk bersantai di pantai atau memilih wisata yang lebih menantang seperti mendaki gunung.


    Berbicara tentang kegiatan yang cukup ekstrim seperti mendaki gunung, pastinya tak bisa lepas dari bahaya yang kapan saja bisa menyerang. Mengingat kawasan hutan di Indonesia merupakan kawasan huutan hujan tropis, yang kondisi lingkungannya cenderung lembab, banyak sekali ditemukan pacet/lintah. Binatang parasit penghisap darah yang bentuknya mirip cacing ini tidak boleh kita abaikan keberadaannya.


    Binatang berwarna kecoklatan ini sering ditemui pada ujung-ujung daun, batang pohon, jalur pendakian, atau tempat lain yang notabenenya lembab. Ukuran tubuh yang kecil menyebabkannya susah dilihat, jadi terkadang kita tidak sadar jika digigit oleh pacet.


    Ketika menyedot darah, pacet mengeluarkan zat yang menyebabkan darah sukar membeku. Pacet terus meminum darah kita dan baru berhenti saat kenyang. Dari yang semula ukurannya hanya sebatang korek api jadi tambah besar.


    Sebenarnya akibat yang ditimbulkan oleh gigitan pacet tidak bahaya, hanya saja menimbulkan rasa gatal yang apabila digaruk takutnya akan menimbulkan infeksi.


    Ada beberapa tindakan tepat yang bisa dilakukan jika kamu terlanjur tergigit oleh hewan kecil ini :

    1. Jangan ditarik

    Jika tubuh terlanjur digigit dan dihisap oleh pacet jangan gegabah untuk langsung menariknya, hal itu tak ada gunanya dan malah memperparah pendarahan.

    2. Tembakau

    Cara ini dinilai cukup ampuh untuk melepaskan gigitan pacet dari tubuh kita. Cukup dengan mencampur tembakau dengan air, lalu airnya disiramkan ke tempat pacet menggigit, maka pacet akan melepaskan diri sendiri.
    3. Air Garam

    Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan menyiramkan air garam. Usahakan di bagian mulutnya, ia akan segera melepaskan diri saat merasakan asin dari garam.

    4. Minyak Tanah

    Oleskan minyak tanah pada bagian tubuh yang tergigit, maka pacet akan melepaskan diri dengan sendirinya.

    5. Minyak Kayu Putih

    Seperti pengaplikasian minyak tanah, kita cukup mengoleskan minyak kayu putih ke sekitar gigitan, dan gigitannya akan lepas.

    6. Api

    Panas yang berasal dari api cukup ampuh untuk melepaskan gigitan pacet dengan aman. Cukup sulutkan api ke tubuh pacet, pacet yang kaget karena panas akan otomatis melepas gigitannya.


    Itulah beberapa tindakan tepat yang bisa kita lakukan untuk mengatasi serangan pacet. Semoga bermanfaat.



    Penulis : Irnade Salva (Paresmapa XXVIII)


    Sumber :
    1) http://www.wisatagunung.com/blog/tips-mengatasi-serangan-binatang-pacet/
    2) http://www.tiportips.com/2013/05/Tips-Cara-Mengatasi-Serangan-Pacet-Pengganggu.html
    3) http://www.fa-thoni.net/2013/11/menghindari-mengusir-dan-menghindari.html

    0 komentar:

    About-Privacy Policy-Contact us
    Copyright © 2013 PARESMAPA || Pencinta Alam Remaja SMA Negeri 1 Pati ||. Template by Bloggertheme9
    Powered by Paresmapa Team.
    back to top