• Galeri

    Pencinta Alam Remaja SMA N 1 Pati

  • Prestasi

    Prestasi Paresmapa

  • Tentang PARESMAPA

    Sejarah

  • Artikel

    Berita Terbaru

  • Senin, 24 April 2017

    Sulam Mangrove, Bukti Paresmapa Peduli Mangrove di desa Geneng, Kecamatan Wedarijaksa ,Kabupaten Pati



    Apasih sulam mangrove itu? Sulam mangrove adalah kegiatan penanaman kembali tanaman mangrove yang sudah mati. Sulam Mangrove ini juga merupakan salah satu proker dari  Paresmapa yang dilaksanakan pada hari Selasa ,25 April 2017 di desa Geneng kecamatan,Wedarijaksa, Kabupaten Pati. Kegiatan ini diikuti oleh sebagian anggota Paresmapa angkatan XXVIII dan XXIX serta Alumni yang ikut mendampingi kegiatan ini.
    Menurut Roro, selaku ketua Pelaksana Kegiatan Sulam Mangrove ,tujuan dari kegiatan ini adalah ikut melakukan pencegahan abrasi dengan cara sulam mangroveini. Kegiatan sulam mangrove dilakukan karena dari awal kita telah menyetujui untuk mengadakan sulam mangrove sehingga sulam mangrove menjadi proker kita yang harus dijalankan. Kegiatan ini diawali pengambilan bibit mangrove di sekitar pulau seprapat, kecamatan Juwana, kabupaten Pati. Pengambilan bibit dilakukan dengan menyewa kapal untuk sedikit menyebrang ke daratan lain. Untuk pengambilan bibitnya  ada dua cara yaitu memetik bakal tunas  yang ada di daun mangrove dan  menjumputi tunas yang sudah terjatuh di tanah. Walaupun cuaca terik dan panas pengambilan bibit dilaksanakan dengan lancar.
    Sesudah pengambilan bibit kami langsung pergi ke desa Geneng untuk menyulam bibit mangrove tadi.  Karena bibit yang kami ambil masih terlalu kecil untuk ditanam maka dari itu kita menyerahkannya kepada pihak Geneng yg mengurusi magrove di tepian pantai.Kemudian kita diberi bibit yang sudah siap tanam untuk ditanam di sekitar pantainya.
    Penanaman mangrove ada caranya yaitu menanamkan bibitnya dengan kedalaman kurang lebih 10 cm,dan setelah itu kalau sudah tertanam kita petik daun daun dan menyisakan 3-4 helai daun saja karena  untuk adaptasi tanaman mangrove itu sendiri dan mempercepat pertumbuhan tanaman mangrove. Setelah menanam kurang lebih 50 bibit  kami mengakhiri konservasi mangrove ini dengan lancar dan baik.
    Menurut Marisza , Paresmapa XXVIII, Sulam Mangrove itu bermanfaat,bermanfaat untuk alam dan untuk manusia. Untuk alam yaitu mencegah terjadinya abrasi,jadi alam tidak rusak. Untuk manusia bisa terselamatkan dari terjadinya abrasi dan mendapat cukup oksigen karena sama dengan menambah populasi pepohonan.Hal yang menarik adalah saat mengambil bibit karena mengambilnya harus melewati lumpur yang dalam. Sedangkan Menurut Galuh , Paresmapa XXIX, Sulammangrove bermanfaat untuk mencegah adanya abrasi,selain itu manusiajuga mendapat asupan oksigen karena adanya penambahaan populasi pohon. Hal yang menarik dari kegiatan tersebut pada saat naik kapal,ambil bibit dan pada saat ke pantai untuk menyulam mangrove. Jadi kita harus mencegah wilayah pantai dari abrasi dengan cara menanam mangrove.









    Penulis : Rayhan Bagus (Angkatan XXVIII)

    Sulam Mangrove, Bukti Paresmapa Peduli Mangrove di desa Geneng, Kecamatan Wedarijaksa ,Kabupaten Pati

    Posted at  19.35  |  in  Konservasi  |  Read More»

    Sulam Mangrove, Bukti Paresmapa Peduli Mangrove di desa Geneng, Kecamatan Wedarijaksa ,Kabupaten Pati



    Apasih sulam mangrove itu? Sulam mangrove adalah kegiatan penanaman kembali tanaman mangrove yang sudah mati. Sulam Mangrove ini juga merupakan salah satu proker dari  Paresmapa yang dilaksanakan pada hari Selasa ,25 April 2017 di desa Geneng kecamatan,Wedarijaksa, Kabupaten Pati. Kegiatan ini diikuti oleh sebagian anggota Paresmapa angkatan XXVIII dan XXIX serta Alumni yang ikut mendampingi kegiatan ini.
    Menurut Roro, selaku ketua Pelaksana Kegiatan Sulam Mangrove ,tujuan dari kegiatan ini adalah ikut melakukan pencegahan abrasi dengan cara sulam mangroveini. Kegiatan sulam mangrove dilakukan karena dari awal kita telah menyetujui untuk mengadakan sulam mangrove sehingga sulam mangrove menjadi proker kita yang harus dijalankan. Kegiatan ini diawali pengambilan bibit mangrove di sekitar pulau seprapat, kecamatan Juwana, kabupaten Pati. Pengambilan bibit dilakukan dengan menyewa kapal untuk sedikit menyebrang ke daratan lain. Untuk pengambilan bibitnya  ada dua cara yaitu memetik bakal tunas  yang ada di daun mangrove dan  menjumputi tunas yang sudah terjatuh di tanah. Walaupun cuaca terik dan panas pengambilan bibit dilaksanakan dengan lancar.
    Sesudah pengambilan bibit kami langsung pergi ke desa Geneng untuk menyulam bibit mangrove tadi.  Karena bibit yang kami ambil masih terlalu kecil untuk ditanam maka dari itu kita menyerahkannya kepada pihak Geneng yg mengurusi magrove di tepian pantai.Kemudian kita diberi bibit yang sudah siap tanam untuk ditanam di sekitar pantainya.
    Penanaman mangrove ada caranya yaitu menanamkan bibitnya dengan kedalaman kurang lebih 10 cm,dan setelah itu kalau sudah tertanam kita petik daun daun dan menyisakan 3-4 helai daun saja karena  untuk adaptasi tanaman mangrove itu sendiri dan mempercepat pertumbuhan tanaman mangrove. Setelah menanam kurang lebih 50 bibit  kami mengakhiri konservasi mangrove ini dengan lancar dan baik.
    Menurut Marisza , Paresmapa XXVIII, Sulam Mangrove itu bermanfaat,bermanfaat untuk alam dan untuk manusia. Untuk alam yaitu mencegah terjadinya abrasi,jadi alam tidak rusak. Untuk manusia bisa terselamatkan dari terjadinya abrasi dan mendapat cukup oksigen karena sama dengan menambah populasi pepohonan.Hal yang menarik adalah saat mengambil bibit karena mengambilnya harus melewati lumpur yang dalam. Sedangkan Menurut Galuh , Paresmapa XXIX, Sulammangrove bermanfaat untuk mencegah adanya abrasi,selain itu manusiajuga mendapat asupan oksigen karena adanya penambahaan populasi pohon. Hal yang menarik dari kegiatan tersebut pada saat naik kapal,ambil bibit dan pada saat ke pantai untuk menyulam mangrove. Jadi kita harus mencegah wilayah pantai dari abrasi dengan cara menanam mangrove.









    Penulis : Rayhan Bagus (Angkatan XXVIII)

    0 komentar:

    Senin, 17 April 2017



     Tips Agar Tidak Kedinginan Mendaki Gunung

     Kamu suka menjelajah di alam bebas? Mendaki gunung pastinya salah satu aktivitas yang tidak akan kamu lewatkan. Beraktivitas di alam bebas khususnya daerah dataran tinggi seperti gunung tentu banyak resikonya, yang paling sering terjadi yaitu kedinginan, parahnya bisa sampai terserang hipotermia. Hal itu sering terjadi dikarenakan perbedaan suhu yang cukup signifikan antara daerah dataran rendah dan dataran tinggi, apalagi suhu saat berada di puncak. Hal itulah yang membuat kebanyakan pendaki mengalami kedinginan. Maka dari itu, kali ini kita akan membahas beberapa tips untuk mengatasi dingin yang dirasakan saat mendaki gunung.
    1. Sesuaikan tubuh dengan lingkungan
           Hal pertama yang bisa dikatakan wajib dilakukan oleh para pendaki gunung ialah menyesuaikan tubuh terhadap suhu dan kondisi alam sekitar atau yang lebih dikenal dengan istilah proses Aklitimasi. Proses Aklitimasi ini sendiri dilakukan bertujuan agar tubuh kita tidak kaget ketika dihadapkan pada perubahan suhu yang cukup signifikan. Karena jika tubuh kaget terhadap perubahan tersebut, maka sepanjang perjalanan tubuh akan merasa kedinginan terus menerus.
    2. Gunakan pakaian kering
          Pastikanlah pakaian yang kamu kenakan benar benar kering. Karena pakaian yang basah akan meningkatkan resiko kamu untuk terserang hipotermia. Pastikan juga persediaan pakaian keringmu cukup. Jika pakaian basah karena kehujanan atau keringat, sangat dianjurkan untuk segera ganti ketika tenda sudah siap. Tidak hanya pakaian kering, kamu juga harus mengenakan pakaian tebal yang mampu memberi kehangatan seperti jaket, sarung tangan, kaos kaki, bahkan kupluk. Hindari mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan jeans, karena kurang bisa menahan dingin.
    3. Makanan dan minuman hangat
          Sangat dianjurkan untuk makan dan minum yang hangat saat melakukan pendakian. Sempatkanlah untuk merebus air guna membuat minuman hangat agar sirkulasi darah lancar. Jangan biarkan perut kosong! Mendaki gunung adalah aktivitas yang berat, maka dari itu jangan sampai kamu kehabisan tenaga karena tidak makan. Makanlah makanan yang berkalori tinggi agar kita memiliki tenaga yang lebih.
    4. Bergerak
           Ketika berada di gunung jangan hanya diam saja, itu akan membuat kamu semakin kedinginan. Cobalah untuk bergerak, terserah gerakan gimana, apa saja, yang penting tubuh kamu bergerak. Entah itu mengelilingi tenda, keluar masuk tenda, atau berkumpul bersama rekan mendaki dan membuat permainan seru agar tidak berdiam diri saja, apapun itu asalkan bisa mengurangi rasa dingin. Disarankan juga untuk membuat api unggun, dengan syarat sikonnya mendukung.
    5. Istirahat
          Cara yang terakhir adalah istirahat. Tubuhmu juga butuh istirahat, jangan dipaksakan jika memang sudah lelah, itu bisa berakibat fatal. Gunakanlah sleeping bag agar lebih hangat, tidur berdempetan dengan temanmu juga bisa memberikan rasa hangat.

    Kedinginan di gunung itu hal yang sulit untuk dihindarkan, tapi masih bisa diatasi kok, jadi tenang aja. Nah, itu tadi beberapa tips yang bisa kalian terapkan saat kalian terserang kedinginan di gunung. Tidak mau kan kalau kegiatan mendaki yang udah kalian rencanakan dengan matang jadi terhambat cuma gara-gara kedinginan, tidak lucu banget rasanya. Semoga tips tadi berguna dan bermanfaat untuk kalian, dan membuat kegiatan mendaki kalian lebih menyenangkan.

    Penulis : Irnade Salva S. ( Paresmapa Angkatan XXVIII)

    Kedinginan Di Gunung? Berikut Cara Mudah Mengatasinya

    Posted at  15.45  |  in  Survival  |  Read More»



     Tips Agar Tidak Kedinginan Mendaki Gunung

     Kamu suka menjelajah di alam bebas? Mendaki gunung pastinya salah satu aktivitas yang tidak akan kamu lewatkan. Beraktivitas di alam bebas khususnya daerah dataran tinggi seperti gunung tentu banyak resikonya, yang paling sering terjadi yaitu kedinginan, parahnya bisa sampai terserang hipotermia. Hal itu sering terjadi dikarenakan perbedaan suhu yang cukup signifikan antara daerah dataran rendah dan dataran tinggi, apalagi suhu saat berada di puncak. Hal itulah yang membuat kebanyakan pendaki mengalami kedinginan. Maka dari itu, kali ini kita akan membahas beberapa tips untuk mengatasi dingin yang dirasakan saat mendaki gunung.
    1. Sesuaikan tubuh dengan lingkungan
           Hal pertama yang bisa dikatakan wajib dilakukan oleh para pendaki gunung ialah menyesuaikan tubuh terhadap suhu dan kondisi alam sekitar atau yang lebih dikenal dengan istilah proses Aklitimasi. Proses Aklitimasi ini sendiri dilakukan bertujuan agar tubuh kita tidak kaget ketika dihadapkan pada perubahan suhu yang cukup signifikan. Karena jika tubuh kaget terhadap perubahan tersebut, maka sepanjang perjalanan tubuh akan merasa kedinginan terus menerus.
    2. Gunakan pakaian kering
          Pastikanlah pakaian yang kamu kenakan benar benar kering. Karena pakaian yang basah akan meningkatkan resiko kamu untuk terserang hipotermia. Pastikan juga persediaan pakaian keringmu cukup. Jika pakaian basah karena kehujanan atau keringat, sangat dianjurkan untuk segera ganti ketika tenda sudah siap. Tidak hanya pakaian kering, kamu juga harus mengenakan pakaian tebal yang mampu memberi kehangatan seperti jaket, sarung tangan, kaos kaki, bahkan kupluk. Hindari mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan jeans, karena kurang bisa menahan dingin.
    3. Makanan dan minuman hangat
          Sangat dianjurkan untuk makan dan minum yang hangat saat melakukan pendakian. Sempatkanlah untuk merebus air guna membuat minuman hangat agar sirkulasi darah lancar. Jangan biarkan perut kosong! Mendaki gunung adalah aktivitas yang berat, maka dari itu jangan sampai kamu kehabisan tenaga karena tidak makan. Makanlah makanan yang berkalori tinggi agar kita memiliki tenaga yang lebih.
    4. Bergerak
           Ketika berada di gunung jangan hanya diam saja, itu akan membuat kamu semakin kedinginan. Cobalah untuk bergerak, terserah gerakan gimana, apa saja, yang penting tubuh kamu bergerak. Entah itu mengelilingi tenda, keluar masuk tenda, atau berkumpul bersama rekan mendaki dan membuat permainan seru agar tidak berdiam diri saja, apapun itu asalkan bisa mengurangi rasa dingin. Disarankan juga untuk membuat api unggun, dengan syarat sikonnya mendukung.
    5. Istirahat
          Cara yang terakhir adalah istirahat. Tubuhmu juga butuh istirahat, jangan dipaksakan jika memang sudah lelah, itu bisa berakibat fatal. Gunakanlah sleeping bag agar lebih hangat, tidur berdempetan dengan temanmu juga bisa memberikan rasa hangat.

    Kedinginan di gunung itu hal yang sulit untuk dihindarkan, tapi masih bisa diatasi kok, jadi tenang aja. Nah, itu tadi beberapa tips yang bisa kalian terapkan saat kalian terserang kedinginan di gunung. Tidak mau kan kalau kegiatan mendaki yang udah kalian rencanakan dengan matang jadi terhambat cuma gara-gara kedinginan, tidak lucu banget rasanya. Semoga tips tadi berguna dan bermanfaat untuk kalian, dan membuat kegiatan mendaki kalian lebih menyenangkan.

    Penulis : Irnade Salva S. ( Paresmapa Angkatan XXVIII)

    0 komentar:



         Olimpiade Kehutanan Indonesia (OKI) merupakan salah satu program kerja terbesar dari KMMH UGM (Keluarga Mahasiswa Managemen Hutan Universitas Gadjah Mada) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu kompetisi bagi generasi muda untuk turut aktif serta terjun dalam bidang kehutanan. Pada tahun ini telah dilaksanakan OKI’17 dengan tema “Memaknai Eksistensi Hutan dan Kontribusi Nyata Generasi Muda”. Menurut Anugrah Sandi Rizqi, selaku ketua panitia tujuan dari diselenggarakannya lomba ini adalah untuk menumbuhkan sikap peduli dan berkontribusi aktif pemuda terhadap masalah kehutanan Indonesia. Oleh karena itu kemarin essai yang banyak dapat point tinggi itu essai yang idenya realistik dan dapat di aplikasikan.


    Kegiatan yang ditujukan untuk SMA/sederajat di seluruh Indonesia ini menarik antusiasme kita untuk berpartisipasi. Atas nama SMA Negeri 1 Pati, PARESMAPA mengirimkan 1 tim yang beranggotakan 3 orang dan 1 pendamping, yaitu Adinda Risti K. D. (PA’28), Dyah Ayu P. (PA’28), Marizsa Salsabiila (PA’28), serta M. Fikruddin M. (PA’22) sebagai pendamping. Dengan essai yang berjudul “Cendana Sebagai Alternatif Upeti Tanpa Menggali” tim berhasil lolos seleksi essai. Essai ini membahas tentang kekayaan alam di daerah Pati berupa Pegunungan Karst Kendeng Utara yang terancam dijadika sebagai pabrik semen. Untuk itu tim menawarkan solusi yang kiranya lebih bermanfaat dan menguntungkan tanpa merusaknya, yaitu dengan menanam pohon cendana di kawasan karst tersebut.


    Setelah berhasil lolos di tahap seleksi melalui essai, tim menuju Universitas Gadjah Mada guna melaksanakan serangkaian acara yang telah disiapkan oleh panitia. Hari pertama tanggal 16 April 2017 acaranya adalah Technical Meeting. Acara dimulai pukul 14.00 dan tim baru tiba pukul 16.00, untung saja ada Mas Fikru yang mewakili. Hari kedua (17 April 2017) tim menuju Fakultas Kehutanan UGM untuk mengikuti seminar yang disampaikan oleh dosen Kehutanan UGM yakni Bapak Priyono dan Bapak Cahyono Agus. Setelah seminar selesai, acara dilanjut Youth Initiative (pemaparan suatu masalah yang telah diberikan). Hal ini dilakukan masing-masing tim di hadapan juri. Tim mendapat masalah mengenai Gajah Sumatra yang hampir punah. Selesainya acara, seluruh peserta dengan menaiki bus dibawa menuju Hutan Pendidikan Wanagama.


    18 April 2017, hari ketiga kegiatan diawali pukul 06.00, peserta diwajibkan untuk menuju halaman depan Gedung Serba Guna untuk mengikuti salah satu rangkaian acara berupa senam pagi. Pukul 07.00 peserta diwajibkan sarapan di Ruang Cendana. Satu jam kemudian peserta mengikuti briefing Rimbawan Tangkas (kegiatan yang menguji kecerdasan peserta, kompetisi , dan ketangkasan gerak, serta kerja sama tim di lapangan). Setelah mengikuti serangkaian acara dari pagi sampai siang, malamnya peserta, panitia, dan pembina diarahkan menuju Gedung Serba Guna untuk mengikuti acara Cultural Night (memperkenalkan kebudayaan dan kondisi hutan dari masing-masinng daerah tiap tim), dilanjutkan dengan makan bersama, dimana makanan yang di makan adalah makanan khas dari daerah masing-masing. Hari terakhir, 19 April 2017 adalah hari yang paling menegangkan dikarenakan hari itu adalah hari pelaksanaan Lomba Cerdas Cermat. Babak pertama dimulai, 40 soal yang harus dikerjakan dalam kurun waktu 60 menit itu membuat tim cukup kebingungan karena melenceng dari materi pada silabus. Tim berusaha melakukan yang terbaik, meski pada akhirnya tidak lolos ke babak selanjutnya. Karena tidak lolos, jadi tim hanya duduk di kursi penonton sampai acara selesai.


    Setelah beberapa hari mengikuti serangkaian acara yang telas disediakan, berakhir sudah perjuangan tim di OKI’17 ini. Lomba ini dimenangkan oleh SMK Kehutanan Samarinda (Tim 1) sebagai juara 1, SMK Kehutanan Samarinda (Tim 2) sebagai juara 2, dan SMA N 1 Manejang juara 3. Dan tim harus cukup puas menjadi urutan 13 dari 25 peserta yang berhasil lolos di tahap seleksi. Meski hasil yang diharapkan, tim harus tetap bersyukur atas apa yang telah diperoleh. Setelah selesai mengikuti lomba, tim juga membagikan pengalaman dan menceritakan apa yang mereka rasakan saat mengikuti lomba OKI ini.


    Adinda Risti K. D. (PARESMAPA Angkatan XXVIII) yang merupakan peserta lomba perwakilan PARESMAPA mengatakan, “Menurutku lomba OKI sangat menyenangkan dan banyak manfaatnya. Dari lomba ini, bisa dapet kenalan dari sekolah lain maupun panitia, terus melatih kemandirian, soalnya kita nggak dapet dana dari sekolah jadi nginepnya numpang di kos panitia, selain itu juga menambah pengetahuan mengenai kehutanan Indonesia”. Seperti halnya Dinda, dua perwakilan lainnya yakni Dyah Ayu P. (PARESMAPA Angkatan XXVIII) dan Marizsa Salsabiila (PARESMAPA Angkatan XXVIII) juga menyatakan bahwa mereka sangat senang bisa mengikuti lomba ini. Dyah memuji lomba ini bagus, bahka ia berharap lomba ini diadakan 1 tahun sekali agar ia bisa mengikutinya lagi. Ia senang mengikuti lomba ini karena bisa mendapat banyak teman, menambah pengalaman, dan juga bisa jalan-jalan di Jogja. Sedangkan Marizsa, lebih memuji pada kebaikan panitianya yang bersedia meminjamkan hp untuk menghubungi Mas Fikru karena saat itu tim sempat kehilangan Mas Fikru. Marizsa juga mengaku terharu saat mengetahui bahwa ia bersama dua rekannya berhasil lolos seleksi. tapi sebaik apapun acara, pastinya tak luput dari kekurangan. Dyah dan Marizsa sependapat bahwa lomba ini masih memiliki kekurangan, mereka berdua sedikit kecewa karena merasa lomba ini agak kurang fair untuk kita yang notabenenya sekolah umum (tidak memfokuskan ke bagian kehutanan). Cukup merugikan, karena tentu saja sekolah yang terfokus pada kehutanan akan memiliki pengetahuan yang lebih luas, dan berpeluang besar untuk menang.

    Meskipun belum berkesempatan menjadi pemenang, kita tidak boleh menyerah untuk terus meraih mimpi dan mengukir prestasi. Kekalahan bukanlah akhir dan penghalang untuk terus maju, itu bisa kita jadikan untuk semangat agar kedepannya lebih baik lagi. Terimakasih untuk berbagai pihak yang telah membantu Tim PARESMAPA demi kelancaran keikutsertaan dalam lomba OKI’17 ini baik secara langsung maupun tidak. Semoga kedepannya kita dapat berpartisipasi di berbagai lomba dan bisa menambah prestasi PARESMAPA. Keep the spirit because nothing is impossible. PARESMAPA JAYA!.


    Penulis : Irnade Salva (Paresmapa XXVIII)

    Semakin Aktif, Tim PARESMAPA Berhasil Lolos Menjadi Finalis Olimpiade Kehutanan Indonesia 2017

    Posted at  08.15  |  in  UGM  |  Read More»



         Olimpiade Kehutanan Indonesia (OKI) merupakan salah satu program kerja terbesar dari KMMH UGM (Keluarga Mahasiswa Managemen Hutan Universitas Gadjah Mada) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu kompetisi bagi generasi muda untuk turut aktif serta terjun dalam bidang kehutanan. Pada tahun ini telah dilaksanakan OKI’17 dengan tema “Memaknai Eksistensi Hutan dan Kontribusi Nyata Generasi Muda”. Menurut Anugrah Sandi Rizqi, selaku ketua panitia tujuan dari diselenggarakannya lomba ini adalah untuk menumbuhkan sikap peduli dan berkontribusi aktif pemuda terhadap masalah kehutanan Indonesia. Oleh karena itu kemarin essai yang banyak dapat point tinggi itu essai yang idenya realistik dan dapat di aplikasikan.


    Kegiatan yang ditujukan untuk SMA/sederajat di seluruh Indonesia ini menarik antusiasme kita untuk berpartisipasi. Atas nama SMA Negeri 1 Pati, PARESMAPA mengirimkan 1 tim yang beranggotakan 3 orang dan 1 pendamping, yaitu Adinda Risti K. D. (PA’28), Dyah Ayu P. (PA’28), Marizsa Salsabiila (PA’28), serta M. Fikruddin M. (PA’22) sebagai pendamping. Dengan essai yang berjudul “Cendana Sebagai Alternatif Upeti Tanpa Menggali” tim berhasil lolos seleksi essai. Essai ini membahas tentang kekayaan alam di daerah Pati berupa Pegunungan Karst Kendeng Utara yang terancam dijadika sebagai pabrik semen. Untuk itu tim menawarkan solusi yang kiranya lebih bermanfaat dan menguntungkan tanpa merusaknya, yaitu dengan menanam pohon cendana di kawasan karst tersebut.


    Setelah berhasil lolos di tahap seleksi melalui essai, tim menuju Universitas Gadjah Mada guna melaksanakan serangkaian acara yang telah disiapkan oleh panitia. Hari pertama tanggal 16 April 2017 acaranya adalah Technical Meeting. Acara dimulai pukul 14.00 dan tim baru tiba pukul 16.00, untung saja ada Mas Fikru yang mewakili. Hari kedua (17 April 2017) tim menuju Fakultas Kehutanan UGM untuk mengikuti seminar yang disampaikan oleh dosen Kehutanan UGM yakni Bapak Priyono dan Bapak Cahyono Agus. Setelah seminar selesai, acara dilanjut Youth Initiative (pemaparan suatu masalah yang telah diberikan). Hal ini dilakukan masing-masing tim di hadapan juri. Tim mendapat masalah mengenai Gajah Sumatra yang hampir punah. Selesainya acara, seluruh peserta dengan menaiki bus dibawa menuju Hutan Pendidikan Wanagama.


    18 April 2017, hari ketiga kegiatan diawali pukul 06.00, peserta diwajibkan untuk menuju halaman depan Gedung Serba Guna untuk mengikuti salah satu rangkaian acara berupa senam pagi. Pukul 07.00 peserta diwajibkan sarapan di Ruang Cendana. Satu jam kemudian peserta mengikuti briefing Rimbawan Tangkas (kegiatan yang menguji kecerdasan peserta, kompetisi , dan ketangkasan gerak, serta kerja sama tim di lapangan). Setelah mengikuti serangkaian acara dari pagi sampai siang, malamnya peserta, panitia, dan pembina diarahkan menuju Gedung Serba Guna untuk mengikuti acara Cultural Night (memperkenalkan kebudayaan dan kondisi hutan dari masing-masinng daerah tiap tim), dilanjutkan dengan makan bersama, dimana makanan yang di makan adalah makanan khas dari daerah masing-masing. Hari terakhir, 19 April 2017 adalah hari yang paling menegangkan dikarenakan hari itu adalah hari pelaksanaan Lomba Cerdas Cermat. Babak pertama dimulai, 40 soal yang harus dikerjakan dalam kurun waktu 60 menit itu membuat tim cukup kebingungan karena melenceng dari materi pada silabus. Tim berusaha melakukan yang terbaik, meski pada akhirnya tidak lolos ke babak selanjutnya. Karena tidak lolos, jadi tim hanya duduk di kursi penonton sampai acara selesai.


    Setelah beberapa hari mengikuti serangkaian acara yang telas disediakan, berakhir sudah perjuangan tim di OKI’17 ini. Lomba ini dimenangkan oleh SMK Kehutanan Samarinda (Tim 1) sebagai juara 1, SMK Kehutanan Samarinda (Tim 2) sebagai juara 2, dan SMA N 1 Manejang juara 3. Dan tim harus cukup puas menjadi urutan 13 dari 25 peserta yang berhasil lolos di tahap seleksi. Meski hasil yang diharapkan, tim harus tetap bersyukur atas apa yang telah diperoleh. Setelah selesai mengikuti lomba, tim juga membagikan pengalaman dan menceritakan apa yang mereka rasakan saat mengikuti lomba OKI ini.


    Adinda Risti K. D. (PARESMAPA Angkatan XXVIII) yang merupakan peserta lomba perwakilan PARESMAPA mengatakan, “Menurutku lomba OKI sangat menyenangkan dan banyak manfaatnya. Dari lomba ini, bisa dapet kenalan dari sekolah lain maupun panitia, terus melatih kemandirian, soalnya kita nggak dapet dana dari sekolah jadi nginepnya numpang di kos panitia, selain itu juga menambah pengetahuan mengenai kehutanan Indonesia”. Seperti halnya Dinda, dua perwakilan lainnya yakni Dyah Ayu P. (PARESMAPA Angkatan XXVIII) dan Marizsa Salsabiila (PARESMAPA Angkatan XXVIII) juga menyatakan bahwa mereka sangat senang bisa mengikuti lomba ini. Dyah memuji lomba ini bagus, bahka ia berharap lomba ini diadakan 1 tahun sekali agar ia bisa mengikutinya lagi. Ia senang mengikuti lomba ini karena bisa mendapat banyak teman, menambah pengalaman, dan juga bisa jalan-jalan di Jogja. Sedangkan Marizsa, lebih memuji pada kebaikan panitianya yang bersedia meminjamkan hp untuk menghubungi Mas Fikru karena saat itu tim sempat kehilangan Mas Fikru. Marizsa juga mengaku terharu saat mengetahui bahwa ia bersama dua rekannya berhasil lolos seleksi. tapi sebaik apapun acara, pastinya tak luput dari kekurangan. Dyah dan Marizsa sependapat bahwa lomba ini masih memiliki kekurangan, mereka berdua sedikit kecewa karena merasa lomba ini agak kurang fair untuk kita yang notabenenya sekolah umum (tidak memfokuskan ke bagian kehutanan). Cukup merugikan, karena tentu saja sekolah yang terfokus pada kehutanan akan memiliki pengetahuan yang lebih luas, dan berpeluang besar untuk menang.

    Meskipun belum berkesempatan menjadi pemenang, kita tidak boleh menyerah untuk terus meraih mimpi dan mengukir prestasi. Kekalahan bukanlah akhir dan penghalang untuk terus maju, itu bisa kita jadikan untuk semangat agar kedepannya lebih baik lagi. Terimakasih untuk berbagai pihak yang telah membantu Tim PARESMAPA demi kelancaran keikutsertaan dalam lomba OKI’17 ini baik secara langsung maupun tidak. Semoga kedepannya kita dapat berpartisipasi di berbagai lomba dan bisa menambah prestasi PARESMAPA. Keep the spirit because nothing is impossible. PARESMAPA JAYA!.


    Penulis : Irnade Salva (Paresmapa XXVIII)

    0 komentar:

    Senin, 10 April 2017

               

                Sebelumnya apa sih Upgrading Paresmapa itu? Upgrading Paresmapa adalah nama baru dari kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Upgrading Paresmapa merupakan kegiatan tahunan Paresmapa yang diadakan setelah Pelantikan anggota baru untuk melatih kekompakan, kecerdikan, keberanian dan kepercayaan antar anggota baru Paresmapa agar bisa meneruskan  tongkat kepemimpinan dari angkatan sebelumnya dengan baik. Diadakan di PTPN IX Jollong pada tanggal 8-9 April 2017, Upgrading Paresmapa tahun ini diikuti oleh  peserta  dari Angkatan XXIX dan Angkatan XXVIII sebagai panitia. Tak lupa juga, pelatih dan beberapa alumni yang ikut hadir untuk membantu dan meramaikan acara. Secara umum, kegiatan dalam Upgrading Paresmapa yaitu games, sosialisasi penduduk (sosped), dan pemberian materi. Tetapi, jika dibandingkan dengan tahun kemarin, Upgrading Paresmapa tahun ini tidak ada acara navigasi darat melainkan diganti dengan games.

             Games merupakan acara yang paling mendominasi dari Upgrading Paresmapa, bagaimana tidak, dalam 2 hari 1 malam, ada 15 game yang harus diikuti oleh peserta, dimana rata-rata waktunya adalah 20 menit/game. Menurut Inka Aulia F. sebagai Ketupel, game yang dibuat dalam Upgrading Paresmapa dirancang untuk melatih kekompakan, tolong menolong, menyelesaikan masalah dengan solusi, mengenal lebih dekat teman seangkatan dan melatih anggota baru Paresmapa untuk berfikir cepat tetapi tidak monoton.
    Adapun untuk pembagian point pergamenya seperti ini:
    1. Juara 1 : 300 point
    2. Juara 2 : 200 point
    3. Juara 3: 100 point
    4. Juara 4 : -30 point
    5. Juara 5 : -50 point
    6. Tidak menyelesaikan game : -100 point

    Ini dia tiga games yang paling seru dari Upgrading Paresmapa tahun ini:
    1. Dogde Ball
             Game ini melatih ketepatan, kecepatan, dan fokus para pemainnya. Sebelum dimulai, panitia telah membuat 3 area kelompok yang dimainkan secara bergantian oleh 5 kelompok. Cara mainnya, pemain saling melempar bola yang harus terkena tubuh si lawan agar si lawan gugur, tetapi jika bola yang dilempar ditangkap oleh lawan, maka si lawan tidak jadi gugur. Dan jika ketua kelompok terkena bola dari lawan, maka otomatis kelompok tersebut langsung kalah. 
             Dari awal sampai akhir game ini, semua penonton bersemangat untuk melihat dan mengomentari para pemain yang berduel dengan seru sekali karena bola yang dilempar tak kunjung terkena tubuh si ketua. Peserta juga mengaku ingin mengulang lagi permainan ini karena menyesal telah kalah. Akhirnya, setelah Kelompok Ciripa berduel sengit dengan Kelompok Anak Langit, Kelompok Ciripa berhasil memenangkan permainan.

    2. Ponco Mesra
             Sesuai dengan namanya, game ini memang diharuskan berdekat-dekatan dengan teman 1 kelompoknya. Kenapa harus seperti itu? Karena cara main game ini yaitu 1 kelompok harus berjalan di atas ponco (tidak boleh menyentuh tanah) kecuali 1 orang di kelompok tersebut yang bertugas memindahkan ponco. Jadi, yang digunakan adalah 2 ponco. Masing-masing kelompok mempunyai caranya sendiri-sendiri untuk memindahkan orang dari ponco satu ke ponco lain dan hal itu yang membuat game ini semakin seru untuk dimainkan dan ditonton. Dan juga game ini melatih kecerdikan dan keseimbangan para pemain. Dari game ini didapatkan pemenang dari kelompok Dimas.

    3. Pralon Bocor
             Game ini merupakan kelanjutan dari game Pralon Edan. Setelah melewati garis finish, bola pingpong dimasukkan ke dalam pralon yang telah dilubang-lubangi alias bocor. Lalu, dengan berbagai cara, pralon bocor harus diisi air sampai bola pingpong naik ke atas permukaan dan jatuh ke tanah. Uniknya, ada banyak cara untuk mengambil air, ada yang menggunakan tangan, kaos, sepatu, bahkan disimpan di dalam mulut. Sedangkan cara untuk menutup pralon bocor ada yang ditutup dengan kaos, didekatkan ke wajah, bahkan didekap ke badan. Intinya, semua pemain dalam game ini pasti basah-basahan. Dan akhirnya pemenang dari game pralon bocor ini adalah Kelompok Mbak Ruroh dengan kecerdikan dan kecepatan yang pas sekali.

           Dari penuturan peserta (Angkatan XXIX) Maidhotul Khasanah, game dalam Upgrading Paresmapa sangat seru dan bervariasi, kesannya kecepatan memang dibutuhkan, tetapi strategi, ketepatan, dan kerjasama itu lebih penting. Dan juga mereka lebih bisa mengintropeksi diri sendiri untuk sering olahraga, mengasah kecepatan, keterampilan, kerjasama, dan tenang serta fokus disetiap situasi apapun. Sedangkan menurut Aprilia Nurrohmah, hikmah yang didapatkan dari Upgrading Paresmapa yaitu mengajarkan kekompakan, rasa saling percaya antar teman, sifat pantang menyerah, rela berkorban dan jangan terlalu cepat dalam bertindak.
             Pesan untuk kedepannya, Maidhotul Khasanah sebagai peserta mengharapkan agar panitia Upgrading Paresmapa 2017 bisa mengatur lebih baik jumlah pemain dalam game agar seimbang dan kegiatannya lebih seru, seru, dan seru lagi.



    Penulis: Valentina Hayu S. (Angkatan XXVIII)

    Tiga Game Paling Seru dari Upgrading PARESMAPA 2017

    Posted at  19.05  |  in  Berita Terbaru  |  Read More»