Tim Ekspedisi Merapi 2012
Paresmapa XXIV: Budi, Saka, Ali, Danang, Dhini, Chaca
Alumni: Jojk, Agus Armanto (mukri), Alif, Zaenuri, Uyung, Enggar, Bagas
+ Mas Dwi Julianto (rekan dari semarang)
Minggu, 24 juni 2012
Pk. 01.30
Mataku belum terpejam, badan ini masih ingin menikmati dingin malam, bersama kegelapan seadanya. Samar-samar logo dari tenda biru didepanku terlihat, bayangan gelap seorang pendaki dengan tas carrier dipundaknya dan sebuah tongkat di genggaman tangannya, seperti menemani anak2 didalam tenda sedang beristirahat, entah tertidur atau hanya berpejam buta sambil menahan hawa dingin udara di New Selo.
“Perjalanan belum dimulai, istirahatlah…” mungkin dia berkata seperti itu.
“Sebentar lagi waktunya mereka bangun…” balasku.
“Nyalakan 1 batang rokok dulu biar kamu tidak terlalu kedinginan…” akhir kata darinya.
Menghisap 1 batang rokok ini, cukup untuk membawaku kembali ke perjalanan awal tadi, kilasan-kilasan ceritanya pun berputar di kepala: (Pk. 08.00) berkumpul di Terminal Pati bersama rekan2 angkatan 23 serta rekan lain yang ikut mengantar tim ekspedisi;-wiwiek[22],dinda-, pesan dari Lek Sus n mas Sidiq Subroto, berfoto bersama, (Pk. 11.00) bertemu rekan alumni lain (Mas Zaenuri) di Terminal Semarang, Debat dengan kondektur Bis Semarang-Solo, (Pk. 15.00) Dapet Carteran Murah Bis Mini Boyolali-Selo, Mampir di rumah Pak Sarju (ex-penerima bantuan dari rekan2 pati ketika bencana merapi 2010 silam), (Pk. 20.00) Masak dan makan bersama Bihun ala Pak Agus (Mas Mukri) @Camp New Selo, sampai kejadian yang terakhir tadi saat sebelum istirahat, kedatangan tamu bapak2 polisi selo yang salah satunya ternyata orang pati juga.
awal perjalanan yang cukup hangat, dan sebentar lagi mereka akan memulai lagi cerita perjalanan yang lain.
Pk.02.00
Dari yang gelap,sunyi dan sepi, tiba2 berganti dengan kesibukan rekan2 yang sedang packing tas dan carrier masing2, mengambil air untuk bekal selama pendakian, packing tenda, sementara saya, sambil menikmati kopi bangka titipan dari mas Wahyu adi, sesekali mengingatkan: “jangan ada yang tertinggal selain jejak kita disini”, sontak setelah selesai packing rekan2 berlanjut bersih2 lokasi camp.
30 menit berlalu, rekan2 sudah siap, dan lokasi camp sudah bersih, minimal dari sampah rekan2 sendiri. Kemudian, sebelum berangkat saya adakan briefing sebentar untuk menjelaskan medan yang akan dilalui rekan2 selanjutnya. Dan selalu berpesan kepada mereka, “setelah ini barulah kita akan mendaki sebenernya, kita datang bareng-bareng 1 tim, maka kita turun juga 1 tim, jangan ada yang duluan dan jangan ada yang tertinggal”… briefing saya akhiri dengan berdoa bersama dan selanjutnya seperti biasa: Paresmapa… Jaya!!! (motivasi ampuh ala rekan2 paresmapa)
Pk. 02.45
Minggu dini hari, 13 pendaki yang sebagiannya masih pemula (11 cowok dan 2 Cewek) mendaki rintangan pertama gunung merapi yaitu jalur dari New Selo – Pos I (Gerbang Perhutani/BTNMerbabu-Merapi). Jalur yang dilalui berupa jalan berpasir yang sedikit menanjak dengan kemiringan 30o. Medan awal ini tampaknya seperti memberikan pemanasan yang cukup berat. Maklum karena banyak yang baru pertama kali ini mendaki gunung dengan ketinggian diatas 2500m. Alhasil, jalur ini dilalui dengan waktu 2 jam perjalanan.
Sampai di POS I Pk. 04.30,
matahari pagi sudah menampakkan sinar jingganya di ufuk barat. Dengan Ketinggian sekitar 1600m, rekan2 berhenti sejenak untuk menikmati sunrise sambil beristirahat dan sarapan pagi. Menu kali ini spesial dari Pak Agus (Mukri) berupa Bubur Bayi rasa pisang+Susu Coklat+Roti tawar. Saya rasa matahari pagi yang pelan2 beranjak naik dan menu sarapan dari mas mukri, memberikan suntikan semangat baru bagi rekan2, tampak mereka asik bercanda dan berfoto bersama, mengagumi keindahan lembah selo, dan juga gunung merbabu yang megah berdiri di depan mereka.
Vegetasi di sepanjang jalur didominasi oleh pohon pohon pinus yang menjulang dengan ketinggian rata rata 10m, Rindangnya pohon pohon ini memberi udara pagi hari yang sejuk,dan menyegarkan suasana selama pendakian menuju Pos selanjutnya yaitu Pos II (Tugu). Rekan2pun menikmatinya sambil bercanda, namun setelah 1 jam, semua itu terganggu oleh debu pasir yang berterbangan. Sebab sudah banyak rombongan pendaki lain yang turun. Dalam posisi turun, mereka (rombongan yang turun) bergerak cepat sambil sedikit berlari, sehingga debu pasir berterbangan terbawa udara yang secara otamatis pasti naik keatas.
Pk. 09.00
Sebuah tanah datar kira-kira 500m di bawah Pos II, rekan2 memilih beristirahat, sekitar 30 menit, sambil membasahi tenggorokan yang sudah kering, karena matahari yang mulai terik, dan juga mengganjal perut yang lapar dengan roti. Sudah hampir 2 jam lebih rekan2 mendaki trek yang lumayan terjal dan pastinya tenagapun terkuras cukup banyak. Sayapun ikut menikmati istirahat mereka dengan 1 batang rokok dan sedikit-sedikit memberi tambahan motivasi buat rekan2.
“masih lama mas?” tanya salah satu rekan angkatan 23.
“kira2 bukit diatas itu udah Pos II, disana kita istirahat lagi dan makan siang…” jawabku sambil menghembuskan asap rokok pelan2. “bukit itu mas?” tanya rekan 24 yang lain.
“iya..” jawabku setengah memahami nada kelelahan-nya,
“wah, masih tinggi jg tho..” keluh dia,
“kalo naiknya sambil ngeluh ya rasanya berat, tapi kalo naeknya sambil dinikmati, ga kerasa kok beratnya.. capek iya, tapi ada hal lain yang bikin capeknya ilang, lihat aja diatas ntar..” jawabku sambil menyemangati.
Pk. 11.50
tanjakan terjal yang membuat salah satu rekan merasa berat, akhirnya terlewati. Vegetasi yang ada sudah didominasi oleh tanaman perdu, ini berarti rekan2 sudah berada di ketinggian diatas 2000m, dan sebentar lagi pastiya udah POS II yang letaknya ga jauh dari Pasar Bubrah (Pos Terakhir sebelum puncak merapi). Dan… dari atas bukit juga udah tampak Puncak Merapi yang seperti menyapa rekan2 tanpa terbalut satupun helai awan. Inilah yang saya maksud sebagai pengobat lelah, pemandangan yang jarang kita temui di deket rumah.
Rekan2 masih terkagum-kagum dengan pemandangan dihadapan mereka itu. Belum lagi di belakang (sebelah utara) pemandangan awan putih yang menutupi punggung Gng. Merbabu tak kalah menarik untuk dinikmati. Sesaat kelelahan mereka terobati. Akhirnya selama hampir 1 jam lebih, kami istirahat di Pos II (Tugu), sambil makan siang dan menikmati udara dingin siang hari pegunungan yang memang seakan memaksa untuk tertidur dalam belaiannya.
Pk.13.00
“om, disini udah ada edelwies belum om?” tanya salah satu rekan angkatan 23
“ada, kalo mau turun ke bawah dikit, yang dibawah udah ada kembangnya..” jawabku yang memang dari tadi mencari tanaman edelwies yang udah berbunga.
“kenapa owk edelwies dinamakan bunga abadi om?” kembali dia bertanya,
“karena awet, kalo dibawa turun, bunganya bisa tahan ga rusak sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, ceritanya orang2 si gitu.. saya blum pernah ngambil bawa soalnya” jawabku.
Tak jauh dari lokasi istirahat (sekitar Pos II), pohon edelwies dengan bunganya yang mulai mekar dapat dilihat, namun lokasinya yang berada di pinggiran tebing, hanya rekan2 cowok saja yang bisa merambah sampai dekat. Edelwies merupakan tanaman khas daerah pegunungan, tanaman ini hanya dapat dijumpai di ketinggian lebih dari 2000mdpl. Bagi kalangan pendaki bunga edelweis dikenal dengan bunga abadi. Sering sekali pendaki yang nakal akan memetik bunganya sebagai oleh2 pendakian, satu hal yang menjadi keprihatinan sebenernya. Dan rekan2 juga dapet pesan yang sama dari Lek Sus, edelwies hanya boleh diambil gambarnya saja alias hanya boleh difoto.
Pk.14.15
Perjalanan berlanjut lagi, kali ini bebannya agak berkurang, tas carrier dan perlengkapan yang lain ditinggal di camp deket Pos II. Alat dan logistik yg dibawa ke atas hanya air, beberapa snack secukupnya, masker, dan webbing. Ini karena medan yang dilalui adalah berbatu batu, sedikit vegetasi, dan tak jarang gas belerang keluar disela-sela jalur. Selain daya tahan fisik, ketahanan mental pun akan makin di uji di sepanjang jalur ke atas.
Tepat Pk. 15.10 Tim ekspedisi merapi sampai di Pasar Bubrah (>2600mdpl)
Setelah melewati trek terjal dengan dominasi batu batu yang labil, tim berhasil sampai di sebuah lokasi yang dinamakan Pasar Bubrah. Lokasi ini merupakan tanah datar seukuran 3x lapangan bola, tidak ada vegetasi, hanya ada bebatuan besar dan kecil yang berserakan, serta pasir abu dari sisa letusan tahun 2010 kemarin. Dari Pasar bubrah tampak dengan megah dan lebih dekat lagi, Puncak Merapi. (Inilah wajah puncak merapi dilihat dari Pasar Bubrah)
Waktu sudah sore Pk. 16.00 ketika saya meminta yang lain untuk berkumpul. Dari tadi rekan2 sibuk merekam pencapaian mereka di ekspedisi kali ini. Memang rekan2 tidak dapat mendaki sampai puncak karena terbatasnya waktu, namun perjuangan mereka yang masih masuk kategori pemula untuk gunung setinggi merapi, layak mendapat apresiasi.
“bukan masalah gunung dan puncaknya yang tertaklukkan, tapi diri kalian sendiri yang harus ditaklukan… puncak pencapaian adalah dimana kita bisa mengalahkan diri kita sendiri… tempat ini bukti bahwa kelelahan fisik dan mental bukan menjadi halangan untuk kalian, dan banggalah karena itu, bukan karena kalian telah menaklukan gunung ini…”
Pk. 17.35, tim ekspedisi turun ke Pos Pendakian (barameru) dan akhirnya senin (25 juni 2012 Pk. 21.00), rekan2 sampai dengan selamat di pati.
by Fajri Muttaqin
0 komentar: